Anda pusing karena burung yang Anda tangkar sepertinya
tidak jodoh-jodoh meski sudah dicampur lama? Simak coba tulisan saya ini, yang
saya kumpulkan dari serpihan tanya jawab saya dengan Pak Deddy di milis KM.
Setelah saya kumpulkan dan saya edit, jadilah tulisan ini.
Pertama-tama perlu diketahui, bahwa kunci utama
menangkarkan burung adalah bagaimana menyamakan waktu birahi antara jantan dan
betina. Banyak sekali calon penangkar yang putus asa karena sudah dua-tiga
bahkan mungkin empat tahun burung tangkarannya tidak pernah mau bertelor, atau
kalaupun bertelor tidak berisi sperma jantannya (kosong), atau kalaupun
telornya isi, tak mau mengeram/sarang dieker-eker lagi (telor jatuh dan pecah
berantakan) dan sebagainya. Intinya: burung yang ditangkar tidak pernah
berproduksi.
Penyebab utama dari semua itu adalah masa birahi
antara jantan dan betina tidak bersamaan waktunya. Perlu diketahui, burung
betina mengalami masa birahi secara rutin setiap bulan (selalu datang masa
subur setiap bulannya), sementara untuk pejantan belum tentu datang. Suatu
ketika, bisa jadi pejantannya birahi, tetapi betinanya pas tidak, dan
sebaliknya.
Tanda burung birahi adalah agresif, bunyi
terus-menerus, dan selalu bergerak lincah kesana-kemari. Karena agresifnya itu,
dia sering mengejar-ngejar burung lain (jantan ngejar-ngejar betina dan
sebaliknya).
Jika masa birahi pejantan dan betina tidak bersamaan, maka hal ini menyebabkan berbagai hal.
Jika masa birahi pejantan dan betina tidak bersamaan, maka hal ini menyebabkan berbagai hal.
Pertama, telor kosong. Itu disebabkan pejantan tidak
mengawini betinanya, pada saat betina memasuki masa subur. Kalaupun betinanya
mengeram, ya percuma, tidak akan menetas.
Kedua, sarang/telor berantakan. Ini dikarenakan masa
birahi datang terlalu cepat. Seandainya betina sedang mengeram dan birahinya
datang, atau pun sebaliknya, yakni pejantannya birahi pada saat betina
mengeram, bisa dipastikan yang sedang birahi itu mengaduk-aduk sarang.
Sesungguhnya, dia tidak bermaksud merusak telor atau sarang, namun itulah sifat
alamiah burung ketika birahi, dia mencoba menyusun sarang. Nah karena burung
punya kebiasaan bersarang pada tempat yang sama, yah bisa dibayangkan
akibatnya: dia mengobrak-abrik sarang yang sedang ada telornya tak peduli itu
telor mereka sendiri.
Ketiga, pejantan dan betina tidak akur. Bila masa
birahi betina datang ketika pejantan “adem ayem” saja, maka dipastikan si
betina mengejar-ngejar si jantan. Karena tidak birahi, si jantan terus
menghindar dan pada saat yang sama si betina “naik darah” dan terus-menerus
mengejar. Jika si pejantan bermental bagus, dia akan menyerang balik si betina
bukan dengan maksud melayani haus seks si betina, tetapi benar-benar membalas
patukan-patukan si betina, dan keduanya pun duel. Yang kalah bisa dipastikan
terkapar megap-megap di pojok sangkar. Begitu juga sebaliknya, jika si jantan
birahi pada saat si betina “datang bulan” (alias tidak subur hehehehe)
misalnya, bisa dipastikan si betina selalu menghindar dan bisa-bisa membuat si
jantan meradang dan benar-benar menyerang si betina dengan maksud menyakiti.
Kalau si betinanya membalas, yah akibatnya sama seperti yang saya sebutkan di
atas.
Kalau jantan dan betina pernah bertempur habis-habisan dengan tujuan saling menyakiti seperti itu, maka bisa dipastikan untuk masa berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, keduanya tidak akan akan memasuki masa birahi bersamaan. Sebabnya sederhana, salah satunya (yang kalah duel) akan stres berkepanjangan. Stres burung dengan penyebab burung lain yang masih dalam satu kandang, memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya apalagi jika burung itu tetap dicampur dalam satu kandang.
Kalau jantan dan betina pernah bertempur habis-habisan dengan tujuan saling menyakiti seperti itu, maka bisa dipastikan untuk masa berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, keduanya tidak akan akan memasuki masa birahi bersamaan. Sebabnya sederhana, salah satunya (yang kalah duel) akan stres berkepanjangan. Stres burung dengan penyebab burung lain yang masih dalam satu kandang, memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya apalagi jika burung itu tetap dicampur dalam satu kandang.
Dalam konteks menyamakan masa birahi ini, penting
dibahas masalah perlunya burung mau diberi jangkrik langsung dari tangan (mau
nyambar begitu didekatkan jangkrik di depan kandang).
Kunci utama membangkitkan birahi burung adalah dari makanan berprotein tinggi. Namun demikian, Anda tidak bisa memberikan protein sebanyak-banyaknya kepada sepasang burung langsung bruk… begitu saja. Mengapa?
Kunci utama membangkitkan birahi burung adalah dari makanan berprotein tinggi. Namun demikian, Anda tidak bisa memberikan protein sebanyak-banyaknya kepada sepasang burung langsung bruk… begitu saja. Mengapa?
Sebab, dengan porsi dua jangkrik setiap pagi dan sore
saja misalnya, betina burung yang baru saja habis mengeram (anak sudah diambil)
sudah terbangkitkan birahinya dalam waktu dua-tiga hari. Sedangkan untuk si
jantan, agar birahinya bangkit dalam waktu dua-tiga hari, perlu lima jangkrik
setiap pagi dan sore hari.
Nah dalam konteks inilah kita harus mengatur pemberian
jangkrik langsung dari tangan kita kepada masing-masing burung. Taruhlah pada
pagi hari saat kita memberi jangkrik burung kebetulan jangkrik pertama dan
kedua disambar si betina, maka untuk lima jangkrik berikut harus untuk si
jantan semua. Caranya, begitu si betina akan menyambar jangkrik di tangan kita,
kita tarik tangan menjauh kandang, tetapi begitu si jantan yang menyambar,
langsung kita berikan…begitu seterusnya sampai lima jangkrik terakhir dimakan
semua oleh si jantan. Tak peduli mana yang menyambar jangkrik, yang jelas kita
harus mengatur porsi jangkrik pembangkit birahi burung.
Ini sepertinya hal yang sederhana ya, tetapi inilah
kunci sukses menyamakan bangkitnya birahi jantan-betina. Nah begitu birahi
mereka bangkit bersamaan, mereka akan berkicau bersahut-sahutan, bercumbu
(saling mematuk lembut alias bermesraan), membuat sarang bersama, kawin dan si
betina bertelor. Langkah selanjutnya adalah MENYETOP SAMA SEKALI pemberian
jangkrik (ATAU APAPUN MAKANAN BERPROTEIN TINGGI) kepada keduanya.
Kira-kira dua hari sebelum masa mengeram berakhir
(untuk MB 12 hari sejak mengeram hari pertama), barulah kepada pasangan itu
diberikan jangkrik lagi, dengan porsi yang berbandingannya seperti saya
sebutkan di atas.
Dengan treatment tetap seperti itu, maka dipastikan
pasangan burung itu akan harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga…..
(Catatan: untuk cucakrowo, memacu birahi jantan-betina menggunakan perbandingan 20:5 per hari, yakni 20 ekor jangkrik untuk jantan dan 5 untuk betina).
Nah, kalau MB atau burung tangkaran lainnya tidak mau menyambar jangkrik dari tangan kita, bagaimana kita akan mengatur pemberian makanan kepada mereka dengan perbandingan yang terukur itu?
Ya di sinilah letak mutlak perlunya burung mau menyambar makanan langsung dari tangan kita. Atau barangkali Anda punya pemikiran lain tentang cara mengatur menu seperti itu? Kalau memang ada, coba deh informasikan kepada saya, nanti saya coba. Ya, siapa tahu Anda secara tidak sengaja menemukan ide lain. Oke?
(Catatan: untuk cucakrowo, memacu birahi jantan-betina menggunakan perbandingan 20:5 per hari, yakni 20 ekor jangkrik untuk jantan dan 5 untuk betina).
Nah, kalau MB atau burung tangkaran lainnya tidak mau menyambar jangkrik dari tangan kita, bagaimana kita akan mengatur pemberian makanan kepada mereka dengan perbandingan yang terukur itu?
Ya di sinilah letak mutlak perlunya burung mau menyambar makanan langsung dari tangan kita. Atau barangkali Anda punya pemikiran lain tentang cara mengatur menu seperti itu? Kalau memang ada, coba deh informasikan kepada saya, nanti saya coba. Ya, siapa tahu Anda secara tidak sengaja menemukan ide lain. Oke?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar